Vera Amelia Meneliti Strategi Pengolahan Lahan Kering

Vera Amelia, pakar Konservasi Lingkungan.

Menurut hasil penelian Vera Amelia, lahan kering sering atau biasa disebut dengan padanan upland, dryland atau unirrigated land. Lahan ini merupakan ekosistem teresterial yang memiliki komposisi luas relatif lebih banyak bila dibandingkan dengan lahan basah (wetland). 

Berdasarkan Atlas Arahan Tata Ruang Pertanian Indonesia skala 1:1.000.000 Indonesia memiliki daratan sekitar 188,20 juta ha, terdiri atas 148 juta ha lahan kering (78%) dan 40,20 juta ha lahan basah (22%) (Pusat Penelitian dan Pengem- bangan Tanah dan Agroklimat 2001).

Baca Sungai Landak: Mengalirkan Hidup, Menapaskan Sejarah Di Kalimantan Barat

Lahan kering merupakan hamparan lahan yang tidak pernah tergenang atau digenangi air pada sebagian besar waktu dalam setahun atau sepanjang waktu (Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, 2004). 

Dengan demikian dapat juga dijelaskan bahwa ekosistem lahan kering merupakan suatu kawasan ekologi yang berada pada wilayah yang berkedudukan lebih tinggi (upland) yang tidak pernah tergenang. 

Meskipun demikian, kawasan-kawasan ini dapat dijumpai pada dataran rendah (0-700 m dpl) hingga dataran tinggi (> 700m dpl). 

Berdasarkan relief dan topografinya, ekosistem lahan kering lebih banyak dijumpai pada kawasan-kawasan berlereng dengan kondisi kemantapan lahan yang relatif agak labil (peka terhadap erosi) terutama bila penanah.

Secara umum, beberapa ciri khusus yang biasa dijumpai pada ekosistem lahan kering adalah suhu udara yang relatif tinggi, kadar air terbatas dan sangatbergantung pada hujan. 

Agroekosistem lahan kering dengan komponen ekosistem sebagai kesatuan biofisik lingkungan yang homogen sangat potensial sebagai salah satu tumpuan sumber daya lahan bagi pembangunan pertanian. Terutama di Kalimantan yang tersedia banyak lahan keringnya.

Terkait pemanfaatan sumberdaya lahannya, ekosistem lahan kering di Indonesia berada pada zona iklim tropis. 

Hal ini mengindikasikan bahwa ekosistem ini memiliki curah hujan yang relatif cukup tinggi dan beriklim lembab. Berbeda dengan lahan-lahan kering yang berada di zona iklim mediteran dan continental seperti di negara-negara Eropa.

Sumberdaya lahan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan dalam proses produksi se- perti untuk tujuan pertanian maupun perkebunan. Hal ini dapat dipahami karena sektor-sektor tersebut berbasis pada sumberdaya lahan yang tersedia. 

Lahan merupakan komponen ekosistem dalam suatu ekologi yang saling berinteraksi dengan organisme baik tanaman termasuk hewan yang membentuk suatu sistem kehidupan.



P
adi di lahan kering Kalimantan Barat (Mukok) yang subur: Perlu strategi pengolahan lahan kering yang sangkil dan mangkus.

Agroekosistem dapat didefinisikan sebagai sekelompok wilayah dengan kondisi biofisik lingkungannya yang hampir sama dimana keragaan komponen biotik dan abiotic diharapkan tidak berbeda nyata. 

Baca Landak Sebagai Lumbung Pangan Mulai Dari Jagung

Agroekosistem lahan kering dengan komponen ekosistem sebagai kesatuan biofisik lingkungan yang homogen sangat potensial sebagai salah satu tumpuan sumber daya lahan bagi pembangunan pertanian. 

Dengan faktor pembatas yang relatif lebih ringan dibandingkan dengan lahan rawa sepertigambut dan pasang surut. 

Jenis komoditas yang dapat dikembangkan pada ekosistem lahan kering juga lebih beragam, baik tanaman pangan maupun hortikultura dan perkebunan.

Hasil penelitian dan temuan pakar di bidang Konservasi Lingkungan Fakultas Pertanian, Universitas Palangka Raya ini patut untuk dijadikan acuan. 

Terutama di wlayah yang kondisi geografisnya di pulau Kalimantan.(Rangkaya Bada)

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url