Naik Dango dalam Cerpen
Di tanah Landak. Semua orang tahu. Burung pun tahu. Dari kata "naik" dan "dango". Naik, ya, naik. Sedangkan "dango" adalah dangau, lumbung, atau pondok.
Namun, "naik dango" bukan sekadar dua patah bahasa Kanayatn.
Makna "naik dango" yang terdalam adalah: manaikkan, memasukkan padi hasil panenan ke dalam lumbung.
Peristiwa Naik Dango adalah puncak dari siklus pertanian orang Dayak. Padi dihikayatkan punya nyawa, jiwa, ruh. Sedemikian rupa, sehingga padi wajib dijaga dan dipelihara.
Atas syukur panen tahun berlalu, orang Kanayatn bersyukur kepada Jubata, sang pemberi Kehidupan, dan Sang Maha Rezeki. Ini makna terdalam Naik Dango.
Tak syak lagi. Sejarah mencatat bahwa tradisi Naik Dango, yang kini dikenal seantero dunia, diawali orang Kanayatn. Kanayatn, dalam hal kreativitas adat-seni-budaya, memang: pancen o ye!
Demikian yang tertangkap dari cerpen yang ditulis seorang putra kelahiran Mentonyek, Kabupaten Landak Kalimantan Barat, 29 Maret 1971 ini.
Namanya Paran. Ayahnya Sakiu. Dikenal sebagai Paran Sakiu. Kini menetap di Jakarta sebagai guru dan sebagai pendeta. Namun, aktif menulis dan berliterasi.
Sesuatu yang cukup unik adalah bahwa Naik Dango dilukiskannya secara fiksi. Namun, apa yang dilukiskannya, sungguh nyata.
Dr. Andersius Namsi, seorang tokoh intelektual Dayak dan tenaga ahli bidang Sosial dan Budaya Ibu Kota Nusantara (IKN) mengapresiasi terbitnya buku ini.
"Seusai Pesta Naik Dango" karya Paran adalah kumpulan cerita pendek (KC) yang unik dan kaya akan unsur-unsur budaya Dayak. Cerita ini menawarkan perspektif yang berbeda dari cerpen-cerpen pada umumnya karena lahir dari pengalaman dan pemahaman mendalam tentang budaya Dayak.
Paran contoh. Bahwa Dayak bisa menjadi apa saja di Jakarta dan terbukti bisa hidup.
Penulisnya, Paran, melihat, mengamati, dan mengalami langsung aspek-aspek kehidupan yang diceritakan dalam cerpen ini sebagai seorang Dayak. Hal ini memberikan cerita tersebut kekuatan dan daya magis tersendiri yang mencerminkan kekayaan budaya Dayak.
Baca Landak
Menurut Namsi, yang juga seorang tokoh intelektual Dayak, "Cerpen ini sebagai bagian dari pembukuan kisah Kebudayaan Dayak, menunjukkan pentingnya karya ini dalam melestarikan dan mengenalkan budaya Dayak kepada berbagai kalangan. Ia juga menyarankan bahwa cerpen ini pantas dibaca oleh kaum intelektual maupun warga awam, terutama generasi muda baik yang berasal dari suku Dayak maupun non-Dayak. Dengan membaca cerpen ini, pembaca dapat dibawa melihat visi kehidupan yang jauh ke depan dan merasakan daya magis yang ada dalam budaya Dayak."
Ditembahkannya, "Karya seperti ini memainkan peran penting dalam menjaga dan mempromosikan keberagaman budaya Indonesia, serta membantu orang-orang dari latar belakang yang berbeda untuk lebih memahami dan menghargai budaya-budaya yang beraneka ragam di Indonesia."
Baca Kabupaten Landak: Riwayatmu Ini!
Paran sendiri aktif di organisasi dan senantiasa ada pada setiap perkumpulan orang Dayak Kalbar di Jakarta.
- Paran aktif dalam beberapa organisasi dan lembaga di DKI Jakarta:
- Pengurus Forum Dayak Kalimantan Jakarta (FDKJ) DKI Jakarta, periode 2020-2025.
- Dewan Adat Dayak (DAD) DKI Jakarta, periode 2021-2026.
- Masyarakat Adat Dayak Nasional (MADN), periode 2021-2026.
- Ikatan Cendekiawan Dayak Nasional (ICDN) DKI Jakarta, periode 2018-2023.
- FORGUPAKI (Forum Guru Pendidikan Agama Kristen Indonesia), periode 2021-2025.
No. |
Judul Cerpen |
Halaman |
1 |
Mimpi
Seusai Pesta Naik Dango |
1 |
2 |
Terkubur
Dalam Lobang Pertambangan |
9 |
3 |
Kami
yang Dilarang |
17 |
4 |
Berharap
untuk Dicintai |
25 |
5 |
Kuburkan
Ayah di Samping Kubur Kakekmu |
33 |
6 |
Tak
Seperti yang Diharapkan |
41 |
7 |
Harapan
Orangtua |
49 |
8 |
Darah
Itu |
56 |
9 |
Bahasa
Ibu |
62 |
10 |
Tak
Perlu Malu |
69 |
11 |
Penghuni
Rumah Tua |
76 |
12 |
Menghilang
Tanpa Jejak |
82 |