Ladang dan Sistem Pertanian Organik (SPO) Manusia Landak Masa ke Masa


Sistem pertanian organik orang Dayak: alami, tanpa pupuk kimia. Dok. Landak Post.

Sistem pertanian organik (SPO) yang dipraktikkan oleh manusia Landak secara turun-temurun merupakan warisan berharga. Suatu warisan tradisi yang telah ada dalam budaya dan kehidupan masyarakat sebelum terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Sistem bercocok tanah mini adalah hasil dari kearifan lokal yang telah diterapkan selama berabad-abad, dan hingga hari ini masih memainkan peran penting dalam keberlanjutan dan kesejahteraan masyarakat di wilayah manusia Landak. 

Cara mencari nafkah dengan memanfaatkan sumber daya alam (SDA) secara berkelanjutan ini adalah contoh nyata dari bagaimana tradisi dan pengetahuan lokal dapat menjadi bagian dari konsep kecerdasan "natural smart" yang diperkenalkan oleh Howard Gardner.

Di dalam redefinisi “kecerdasan” yang mencakup 8 aspek, Gardner menyatakan bahwa natural smart atau kecerdasan alam seperti yang dimiliki serta tumbuh berkembang secara alami dan turun-temurun di kalangan suku bangsa Dayak adalah keniscayaan. 

Bahwa kecerdasan alam bukan semata-mata diberikan oleh Tuhan dan datang secara alamiah melalui genetika, melainkan juga dikembangkan, diajarkan, dilatih, serta diamalkan dalam perikehidupan nyata sehari-hari.

Baca Ekowisata Landak Dalam Konfigurasi Tata Ruang

Yang telah cukup usia, tentu masih ingat dahulu kala ketika masih kecil bagaimana orang tua mendidik dan mengajarkan untuk secara mandiri dan bertanggung jawab “mencari makan” dan mengelola SDA ini secara cerdas, arif, dan bijaksana. 

Orang tua memberikan kepada masing-masing kami, anak-anaknya, alat pertanian berupa parang dan kampak. Alat pertanian itu digunakan secara mandiri dan bertanggung jawab untuk berkebun dan bertani. 

Tiap-tiap orang bertanggung jawab memelihara, menjaga, memupuk secara organik, sedemikian rupa sampai usaha itu berhasil.

Jika dipikir-pikir sekarang, kejam juga orang tua pada saat itu yang memaksa anak-anaknya yang masih kecil dan belum bertenaga untuk berusaha dan bertani secara mandiri. 

Akan tetapi, direnung-renung: banyak benarnya apa yang diperbuat orang tua. Mereka mengajarkan anak-anaknya, generasi penerus, untuk secara mandiri dan bertanggung jawab mengelola ala ini untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Sembari “tut wuri handayani”.

Apakah yang sebenarnya ada di benak orangtua kami ketika “dengan paksaan” menyuruh anak-anaknya untuk bertani dan berkebun secara mandiri? Mengapa yang bekerja bukan hanya orang dewasa saja, sedangkan anak-anak yang nota bene masih di bawah usia dibiarkan bermain-main? Itulah yang ada dalam benak kami, anak-anak, pada waktu itu. 

Kita belum memahami benar apa yang dipikirkan oleh orangtua kami ketika itu. Kemudian hari kami baru mengerti bahwa itulah caranya orangtua mendidik anak-anaknya. Agar mengalami dan bertanggung jawab serta dapat secara mandiri untuk mengelola sumber daya alam yang melimpah lalu dapat menikmati dan hidup dari usahanya secara organik.

Demikianlah orangtua di depan memberikan contoh yang baik, di tengah dapat memberikan semangat, dan di belakang bisa memberi dorongan kepada kami dalam hal mengelola SDA secara bertanggung jawab dan berkelanjutan. 

Di kemudian hari, kita baru mengerti bahwa apa yang diajarkan dan diturunkan oleh orangtua kepada kami adalah praktik-baik (best practice) dari konsep sistem pertanian organik (SPO) yang saat ini kita lakukan yang keberlanjutannya masih menjadi tanda tanya.

Baca Potensi Ekonomi Kreatif Kabupaten Landak

Orangtua berperan penting dalam membentuk pemahaman kita tentang praktik-praktik berkelanjutan dalam pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA). Mereka adalah teladan pertama yang memberikan contoh yang baik tentang nilai-nilai keberlanjutan, tanggung jawab, dan perawatan terhadap lingkungan.

Sistem Pertanian Organik telah dipraktikkan sejak dahulu kala. Istilah dan kata "organik" berasal dari bahasa Yunani "organikos," yang mengacu pada bahan-bahan yang memiliki sifat-sifat hidup atau berasal dari makhluk hidup. Orang Dayak, termasuk warga Landak, telah lama mewarisi dan melakukan praktik-baik pertanian organik.

Dalam keseharian, orangtua memberikan inspirasi dan semangat kepada kita. Mereka mendorong kita untuk menjaga alam dan berpartisipasi dalam praktik berkelanjutan, termasuk dalam sistem pertanian organik (SPO). 

Semangat yang mereka tanamkan adalah motor utama yang memicu tekad kita untuk merawat dan melestarikan alam.

Di sisi lain, orangtua juga memberikan dorongan di belakang. Mereka tidak hanya memulai proses pembelajaran dan praktik berkelanjutan, tetapi juga terus memberikan dukungan saat kita menghadapi tantangan. 

Dorongan ini memungkinkan kita untuk tetap berkomitmen pada praktek-praktek yang bertanggung jawab dan berkelanjutan.

Seiring berjalannya waktu, kita mulai memahami bahwa apa yang diajarkan dan diturunkan oleh orangtua kepada kita adalah praktik terbaik yang mencerminkan konsep sistem pertanian organik (SPO). Ini adalah pemahaman yang mendalam tentang praktik-praktik berkelanjutan, penggunaan sumber daya alam dengan bijak, dan menjaga keseimbangan ekosistem.

Meskipun kita mewarisi praktik-praktik berkelanjutan ini, keberlanjutan mereka menjadi tanda tanya di kemudian hari. Perubahan lingkungan, urbanisasi, dan berbagai faktor lainnya dapat memengaruhi praktik pertanian organik. 

Oleh karena itu, kita bertanggung jawab untuk terus berusaha menjaga, mengembangkan, dan memperkuat praktik-praktik ini dalam konteks yang terus berubah demi kesejahteraan lingkungan dan masa depan yang berkelanjutan.

Sistem Pertanian Organik telah dipraktikkan sejak dahulu kala. Istilah dan kata "organik" berasal dari bahasa Yunani "organikos," yang mengacu pada bahan-bahan yang memiliki sifat-sifat hidup atau berasal dari makhluk hidup. 

Istilah ini pertama kali digunakan dalam konteks kimia dan biologi untuk merujuk pada senyawa kimia yang mengandung karbon yang ditemukan dalam organisme hidup. 

Seiring dengan berjalannya waktu maka istilah "organik" juga mulai digunakan dalam konteks pertanian dan makanan untuk menggambarkan praktek pertanian yang menghindari penggunaan bahan kimia sintetis dan berfokus pada keberlanjutan alam.

Di bidang pertanian, sistem pertanian organik adalah pendekatan pertanian yang berfokus pada penggunaan sumber daya alam secara berkelanjutan dan menghindari penggunaan pestisida, herbisida, pupuk kimia, dan bahan-bahan sintetis lainnya. 

Adapun tujuannya adalah untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan tanah, menjaga keseimbangan ekosistem, dan menghasilkan produk pertanian yang lebih sehat dan alami. 

Pertanian organik mengandalkan praktik-praktik seperti kompos, penanaman bergilir, pengendalian hama alami, dan peningkatan keanekaragaman hayati.

Komunitas tradisional suku Dayak di Kalimantan adalah salah satu contoh masyarakat yang telah menjalankan sistem pertanian organik sebelum konsep ini mendapat pengakuan global. 

Penduduk asli memiliki pemahaman mendalam tentang hubungan antara manusia dan alam, serta cara-cara berkelanjutan dalam memanfaatkan sumber daya alam.

Baca Landak En Tajan Kembar Siam Dalam Narasi Dan Publikasi Bangsa Kolonial

Penggunaan kompos dan pupuk alami dari bahan-bahan organik, seperti daun dan sampah tanaman, untuk meningkatkan kesuburan tanah. Penanaman bergilir dan interkropping, yang membantu menjaga keseimbangan ekosistem dan mengurangi risiko kerusakan tanah. 

Penggunaan teknik pertanian berbasis pengetahuan lokal yang mengandalkan metode alami dalam pengendalian hama dan penyakit tanaman. 

Pemeliharaan keanekaragaman hayati dengan menjaga hutan-hutan lindung dan menjalankan pertanian yang berkelanjutan. Praktik-praktik ini mencerminkan kearifan lokal suku Dayak dalam beradaptasi dengan lingkungan alam mereka dan mempraktikkan pertanian organik sebelum konsep ini menjadi trend global.

Praktik pertanian organik

Praktik pertanian organik di komunitas suku Dayak di Kalimantan dapat dipelajari sebagai studi kasus tentang bagaimana pengetahuan lokal dan kearifan tradisional dapat berkontribusi pada praktik pertanian yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Ini juga menggambarkan bagaimana konsep pertanian organik memiliki akar yang dalam dalam budaya dan tradisi masyarakat di berbagai belahan dunia. 

Sistem Pertanian Organik, yang diwariskan secara turun-temurun oleh masyarakat manusia Landak, adalah contoh nyata bagaimana kearifan lokal dan tradisi dapat berkontribusi pada praktik pertanian yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. 

Sistem pertanian organik ini adalah gambaran nyata tentang bagaimana manusia Landak telah memanfaatkan sumber daya alam dengan bijak, menjaga keseimbangan ekosistem, dan beradaptasi dengan lingkungan mereka. Beberapa aspek yang dapat dikembangkan dalam gagasan ini adalah:

  1. Kearifan Lokal: Kearifan lokal yang menjadi bagian dari SPO mencakup pengetahuan tentang tanaman, cuaca, siklus alam, dan metode pertanian yang telah terbukti efektif selama berabad-abad. Gagasan ini menunjukkan bahwa kecerdasan lokal yang terkait dengan pertanian organik adalah sesuatu yang melekat dalam budaya dan sejarah mereka.
  2. Keberlanjutan: SPO memiliki ciri khas dalam mempertahankan keberlanjutan ekosistem lokal. Masyarakat manusia Landak telah menjaga keseimbangan alam dengan cara menghindari penggunaan pestisida dan bahan kimia berbahaya, serta mengikuti pola tanam yang sesuai dengan musim dan siklus alam. Ini adalah contoh konkret dari bagaimana konsep pertanian organik dapat berdampingan dengan keberlanjutan lingkungan.
  3. Pendekatan Holistik: SPO menggabungkan aspek-aspek ekologi, sosial, dan budaya dalam satu sistem pertanian yang utuh. Hal ini mencerminkan gagasan kecerdasan "natural smart" yang menghargai pemahaman yang dalam terhadap hubungan antara manusia dan alam.
  4. Preservasi Warisan Budaya: menekankan pentingnya melestarikan warisan budaya lokal dan mendorong masyarakat untuk tetap menghormati dan mempraktikkan tradisi pertanian organik ini, yang telah diwariskan dari nenek moyang mereka.
  5. Pengembangan Potensi Lokal: Dalam mengembangkan SPO, masyarakat manusia Landak memiliki peluang untuk mengembangkan potensi ekonomi lokal dan memperkenalkan produk pertanian organik mereka kepada pasar yang lebih luas, yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan mereka. Sistem Pertanian Organik, dalam konteks masyarakat manusia Landak, bukan hanya sekadar metode pertanian, melainkan juga representasi dari hubungan yang mendalam antara manusia dan alam serta peninggalan budaya yang memiliki potensi untuk membentuk masa depan yang berkelanjutan. 

Kearifan dan nilai warisan nenek moyang

Sisa-sisa kearifan dalam pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) masih tetap melekat dalam masyarakat Dayak di Landak, di mana nilai-nilai keberlanjutan dan perawatan terhadap alam dihargai sebagai bagian integral dari kehidupan sehari-hari. 

Namun, sayangnya, ada sejumlah perusahaan swasta dan perusahaan penambangan yang lebih tertarik pada keuntungan ekonomi daripada pada kelestarian alam dan ekosistem.

Masyarakat Dayak di Landak masih menjaga tradisi pengelolaan SDA yang telah ada selama berabad-abad. 

Mereka terus mempraktikkan sistem pertanian organik, penggunaan kompos alami, penanaman bergilir, dan metode alami dalam pengendalian hama tanaman. Ini mencerminkan hubungan yang dalam antara manusia dan alam serta komitmen mereka untuk menjaga ekosistem yang seimbang.

Namun, ketidakpedulian terhadap keberlanjutan alam muncul ketika perusahaan-perusahaan swasta dan penambangan datang ke wilayah ini. Mereka sering kali memiliki motivasi finansial yang kuat dan cenderung mengabaikan prinsip-prinsip keberlanjutan. 

Perusahaan bukan-dari lokal Landak sering melakukan eksploitasi berlebihan terhadap sumber daya alam, seperti hutan dan air sungai, tanpa mempertimbangkan dampak negatif terhadap ekosistem dan masyarakat setempat.

Perusahaan-perusahaan ini sering kali berfokus pada mencari keuntungan sebanyak mungkin dalam waktu singkat, tanpa memikirkan tentang bagaimana kegiatan mereka dapat merusak lingkungan alam dan berdampak negatif pada komunitas lokal. 

Perusahaan rakus sering mengabaikan prinsip-prinsip keberlanjutan, penggunaan bahan kimia berbahaya, dan tidak memperhatikan dampak jangka panjang dari kegiatan mereka.

Akibat dari perilaku ini adalah kerusakan lingkungan, hilangnya keanekaragaman hayati, degradasi tanah, dan kerugian bagi masyarakat setempat yang mengandalkan SDA untuk hidup. Ini merupakan ancaman serius terhadap warisan kearifan lokal yang telah diterapkan dengan bijak oleh masyarakat Dayak di Landak.

Masyarakat Dayak di Landak dan pendukung keberlanjutan alam harus terus berjuang untuk mempertahankan dan melindungi warisan kearifan ini. 

Pemerintah dan lembaga terkait juga perlu memberlakukan kebijakan yang lebih ketat untuk melindungi alam dan mengatur aktivitas perusahaan yang dapat merusak ekosistem. 

Dengan upaya bersama, diharapkan bahwa kearifan dalam pengelolaan SDA yang dimiliki oleh masyarakat Dayak di Landak dapat terus dilestarikan untuk kesejahteraan generasi mendatang dan untuk menjaga ekosistem yang berkelanjutan.

(X-5)

Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url