Landak: Dari Sistem Pertanian Ladang Tradisional ke Sistem Persawahan

Masyarakat Landak meninjau dan menikmati hasil sawahnya di desa Takiung. Dok. Landak Post.

Landak telah berhasil menjadikan jagung sebagai komoditas unggulan. Keberhasilan ini dalam upaya mewujudkan ketahanan pangan di daerah tersebut. 

Dengan tekad dan usaha yang berkelanjutan, jagung telah menjadi simbol keberhasilan pertanian di Landak. 

Namun, tidak hanya jagung, upaya serupa juga diterapkan pada komoditas padi dan palawija, sebagai langkah dalam mencapai ketahanan pangan yang lebih komprehensif.

Baca Landak Sebagai Lumbung Pangan Mulai Dari Jagung

Tak hanya itu, Landak telah mengambil inisiatif untuk menerapkan Sistem Pertanian Organik sebagai upaya untuk menjaga keberlanjutan lingkungan dan memperkuat sistem pertanian. 

Sistem Pertanian Organik adalah praktik yang telah menjadi bagian dari tradisi dan praktik nenek moyang suku bangsa Dayak selama ribuan tahun. Pendekatan ini tidak hanya memperhatikan hasil pertanian, tetapi juga menghormati alam dan ekosistem setempat.

Sistem Pertanian Organik di Landak tidak hanya berfokus pada produksi pertanian yang bebas dari bahan kimia sintetis, tetapi juga mengedepankan konsep pertanian yang berkelanjutan. 

Pertanian yang diterapkan juga mencakup praktik-praktik seperti komposisi tanah organik, penggunaan pupuk alami, pengendalian hama secara alami, serta perlindungan keanekaragaman hayati.

Secara geografis, Kabupaten Landak merupakan sebuah daerah yang memiliki luas wilayah yang cukup besar, yaitu sekitar 9.909,10 km², yang setara dengan sekitar 6,75% dari total wilayah Provinsi Kalimantan Barat. Kabupaten ini dikenal dengan ciri khas alam yang masih asri dan memukau. Saat ini, kondisi alamnya dapat digambarkan sebagai kawasan yang hijau dan masih alami.

Dengan menerapkan Sistem Pertanian Organik, Landak memastikan bahwa pertanian mereka berkontribusi pada pelestarian lingkungan dan ekosistem alami. 

Sistem pertaian organik akan memungkinkan masyarakat Landak untuk memproduksi makanan sehat dan berkualitas sambil tetap menjaga keberlanjutan lingkungan yang telah menjadi bagian integral dari budaya dan tradisi mereka selama ribuan tahun. 

Praktik pertanian organik menjadi bukti nyata komitmen mereka dalam menjalani pertanian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Baca Ladang Dan Sistem Pertanian Organik (SPO) Manusia Landak Masa Ke Masa

Yang disebut "pertanian organik" adalah pendekatan yang melibatkan praktik pertanian yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. SPO bukan hanya tentang hasil pertanian yang bebas dari bahan kimia, tetapi juga merupakan sebuah gaya hidup dan filosofi yang mencakup keseluruhan proses pertanian.

Di sini, petani mengikuti proses tradisional dan alami dalam semua tahap pertanian, mulai dari membajak sawah hingga merawat dan memanen tanaman. 

Dalam praktik pertanian organik, berarti tidak ada penggunaan pupuk kimia atau pestisida dalam pertanian mereka. Pendekatan ini mengingatkan masyarakat akan pentingnya bahan makanan yang aman bagi kesehatan petani dan konsumen.

Sistem pertanian berbasis kearifan dan budaya lokal

Secara geografis, Kabupaten Landak merupakan sebuah daerah yang memiliki luas wilayah yang cukup besar, yaitu sekitar 9.909,10 km², yang setara dengan sekitar 6,75% dari total wilayah Provinsi Kalimantan Barat. 

Kabupaten Landak dikenal dengan ciri khas alam yang masih asri dan memukau. Saat ini, kondisi alamnya dapat digambarkan sebagai kawasan yang hijau dan masih alami.

Kawasan alam yang asri di Landak ini memiliki kaitan yang kuat dengan berbagai aspek, terutama dalam konteks ketahanan pangan, pelestarian lingkungan, dan budaya lokal. Beberapa kaitan antara keberagaman geografis dan konsep pertanian organi.:

  1. Ketahanan Pangan: Luas wilayah yang masih asri memberikan Kabupaten Landak potensi besar untuk memproduksi beragam bahan pangan organik. Tanah yang subur dan alam yang bersih menciptakan lingkungan yang ideal untuk pertanian organik, termasuk produksi jagung, padi, dan palawija. Ini memungkinkan Kabupaten Landak untuk mendukung ketahanan pangan dengan menghasilkan makanan sehat dan berkualitas untuk masyarakat setempat.
  2. Pelestarian Lingkungan: Kawasan yang belum terganggu oleh industri besar dan perkebunan dapat menjaga keanekaragaman hayati serta kualitas ekosistem yang stabil. Dengan menerapkan Sistem Pertanian Organik, masyarakat Landak dapat meminimalkan dampak negatif pertanian terhadap lingkungan. Mereka dapat mempraktikkan metode pertanian yang berkelanjutan, seperti penggunaan pupuk alami dan pengendalian hama alami, untuk memelihara lingkungan yang masih alami.
  3. Budaya Lokal: Konsep pertanian organik di Landak tidak hanya mencakup aspek teknis, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai budaya lokal. Tradisi pertanian organik yang telah diwariskan dari nenek moyang suku bangsa Dayak selama ribuan tahun telah menjadi bagian integral dari budaya mereka. Ini menunjukkan bagaimana praktik pertanian organik memiliki akar kuat dalam sejarah dan budaya masyarakat Landak.

Melalui pemanfaatan luas wilayah alam yang masih asri, Kabupaten Landak telah berhasil memadukan ketahanan pangan, pelestarian lingkungan, dan nilai-nilai budaya lokal dalam menerapkan Sistem Pertanian Organik. Praktik ini menciptakan hubungan yang harmonis antara manusia dan lingkungan, serta memastikan bahwa pertanian berkelanjutan menjadi landasan untuk masa depan yang lebih baik bagi masyarakat dan alam yang indah di Landak.

Dari ladang ulir balik ke sawah

Perkembangan dari ladang tradisional ke sawah merupakan sebuah perubahan signifikan dalam pola pertanian yang diamati di Kabupaten Landak. Masyarakat Landak semakin beralih ke sistem pertanian sawah dibandingkan dengan pertanian ladang yang lebih tradisional. Hal ini memperlihatkan evolusi dalam praktik pertanian di daerah ini.

Pengamatan terhadap sawah-sawah yang terbentang luas di Kabupaten Landak adalah gambaran nyata dari perubahan ini. Sawah-sawah yang tersusun rapi dan luas ini mengingatkan pada gambaran pertanian profesional seperti yang biasa kita temui di daerah seperti Jawa. Perubahan ini mencerminkan sejumlah aspek penting, terutama dalam hal perubahan cara berpikir dan cara bekerja petani.

Pertanian sawah cenderung lebih produktif daripada ladang tradisional. Dengan menciptakan sawah-sawah yang lebih besar dan diatur secara profesional, masyarakat Landak dapat meningkatkan produksi padi dan palawija secara signifikan. Ini berkontribusi pada ketahanan pangan dan potensi untuk berkontribusi pada pasokan beras regional.


Praktik pertanian di sawah biasanya lebih terorganisir dan menggunakan teknologi pertanian modern, seperti sistem irigasi yang efisien. Ini memungkinkan penggunaan sumber daya alam secara lebih efisien dan menghasilkan hasil pertanian yang lebih baik.

Meskipun lebih modern, praktik pertanian di sawah di Landak masih dapat berpegang pada prinsip-prinsip pertanian yang berkelanjutan. Pendekatan pertanian organik yang telah diperkenalkan sebelumnya di wilayah ini dapat tetap diintegrasikan dalam sistem pertanian sawah, menjaga keberlanjutan lingkungan dan kesehatan tanah.

Perkembangan pertanian sawah mencerminkan tingkat profesionalisme yang lebih tinggi dalam praktik pertanian. Hal ini berpotensi meningkatkan pendapatan petani dan kualitas produk pertanian yang dihasilkan.

Perubahan ini juga memengaruhi lanskap Kabupaten Landak, dengan lahan sawah yang membentang di sepanjang jalan-jalan dari Jelimpo hingga Pahauman. Ini menciptakan pemandangan yang indah dan potensial sebagai sumber pendapatan bagi masyarakat lokal.

Perkembangan dari ladang tradisional ke sawah di Kabupaten Landak mencerminkan upaya untuk meningkatkan produktivitas pertanian, mengadopsi teknologi modern, dan bergerak menuju pertanian yang lebih berkelanjutan. 

Peralihan dari sistem pertanian tradisional ke sistem pertanian modern ini adalah langkah penting dalam menjawab tantangan ketahanan pangan dan pelestarian lingkungan di wilayah tersebut. (Rangkaya Bada)
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url