Menjaga Warisan dalam Keberagaman Alam dan Budaya Binua Landak
Tanah dan bumi binua Landak sangat subur, menjanjikan kemakmuran. Ilustrasi by: AI. |
🌍 LANDAK POST | LANDAK: Kabupaten Landak berada di Provinsi Kalimantan Barat adalah hasil pemekaran dari Kabupaten Mempawah pada tahun 1999.
Dengan luas wilayah mencapai sekitar 9.909 km², Landak menyuguhkan bentang alam yang luar biasa: dari dataran rendah, perbukitan yang curam, hingga kawasan hutan hujan tropis yang masih alami.
Baca Piet Pagau : Hidup dari Seni Peran sebagai Dayak Ganteng
Setiap jengkal tanah Landak kaya akan cerita, membentuk pola kehidupan yang saling terjalin antara manusia dan alam.
Mayoritas penduduk orang Kanayatn
Ngabang, ibu kota kabupaten ini, adalah pusat ekonomi, pemerintahan, dan budaya yang menggambarkan keharmonisan antara modernitas dan tradisi.
Di Kabupaten Landak, kehidupan masyarakat yang mayoritas berasal dari suku Dayak Kanayatn, salah satu sub-suku dari Dayak Darat, menjadi pilar penyangga budaya daerah. Dalam bahasa Belanda disebut Land Dajak, orang Kanayatn dikenal memiliki tradisi yang kuat dan identitas yang tak mudah tergoyahkan.
Sejak awal abad ke-20, telah menyaksikan perjalanan panjang suku Dayak Kanayatn, yang tetap kokoh mempertahankan adat istiadat mereka meskipun menghadapi tantangan zaman. Salah satunya adalah upacara adat, yang tak hanya sebagai sarana komunikasi dengan alam, tetapi juga sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur dan peneguhan harga diri sebagai orang Dayak.
Baca Mengenal Dayak Etno-numerologi
Pada tahun 2012, Landak dibagi menjadi 13 kecamatan, 156 desa, dan 659 dusun, yang secara keseluruhan menunjukkan distribusi desa yang merata. Meskipun beberapa daerah masih terisolasi dan penuh tantangan geografis, kabupaten ini telah berusaha mendorong pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan.
Pemerintah daerah tidak hanya berfokus pada infrastruktur dan ekonomi, tetapi juga mengedepankan pemberdayaan masyarakat berbasis potensi lokal yang sangat bergantung pada warisan alam dan budaya.
Kehidupan masyarakat Kanayatn di Kabupaten Landak adalah contoh nyata bagaimana tradisi dan modernitas bisa berjalan berdampingan. Mereka menjaga adat, seperti seni ukir, pembuatan rumah betang, serta kepercayaan lokal yang semakin dipadukan dengan agama-agama besar. Namun, dalam segala perubahan itu, kebanggaan akan identitas tetap menjadi hal yang tidak bisa ditawar.
Potensi ekonomi yang tumbuh
Selain kekuatan budaya yang tak terbantahkan, potensi ekonomi Landak sangat bergantung pada keindahan alam dan kearifan lokal masyarakat.
Seiring dengan perkembangan sektor pertanian dan perkebunan, Landak telah menjadi daerah yang memiliki peranan penting dalam produksi sumber daya alam seperti karet, kelapa sawit, serta hasil-hasil pertanian lainnya. Namun, bagi orang Kanayatn, lebih dari itu, keberlanjutan dan keberkahan tanah mereka adalah prioritas utama.
Mereka tahu betul bahwa tanah ini bukan hanya memberi mereka kehidupan, tetapi juga memberikan hormat yang tak ternilai. Maka dari itu, mereka menjaga tanah dan hasil bumi dengan penuh penghormatan.
Baca Sungai Landak: Mengalirkan Hidup, Menapaskan Sejarah di Kalimantan Barat
Dengan semangat inilah orang Kanayatn, yang cenderung hidup secara sederhana, turut berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi daerah mereka. Namun, mereka tidak pernah melupakan nilai-nilai luhur yang mengikat mereka dengan tanah dan leluhur.
Menghadapi perubahan dengan kearifan
Menghadapi perubahan dengan kearifan bagai Sungai Landak, orang Kanayatn menunjukkan ketangguhan yang luar biasa dalam menavigasi tantangan zaman. Seperti halnya aliran sungai yang terus bergerak tanpa henti, mereka mengalir bersama dinamika perubahan yang datang, tanpa kehilangan arah atau tujuan.
Perubahan sosial, ekonomi, maupun budaya tidak membuat mereka terperosok ke dalam keterpurukan, melainkan menjadi bagian dari perjalanan hidup yang terus bergulir. Dengan kearifan lokal yang terjaga, mereka mampu beradaptasi tanpa kehilangan esensi jati diri mereka sebagai orang Kanayatn.
Orang Kanayatn menyadari bahwa kehidupan adalah perjalanan yang penuh dengan perubahan. Seperti Sungai Landak yang menari-nari dengan riang di antara bebatuan dan rintangan alam, mereka mampu menyelami setiap peristiwa dengan keluwesan dan kebijaksanaan.
Manusia Landak tidak membiarkan arus perubahan meruntuhkan kekuatan tradisi yang sudah lama tertanam dalam hidup mereka. Alih-alih menentang perubahan, mereka memilih untuk memanfaatkannya sebagai peluang untuk berkembang.
Dalam menghadapi tekanan eksternal, orang Kanayatn berpegang pada prinsip menjaga harmoni dengan alam dan sesama, tetap berpegang pada nilai-nilai luhur yang diwariskan oleh nenek moyang.
Namun, yang paling menonjol dari sikap orang Kanayatn adalah ketangguhan mereka dalam mempertahankan identitas dan kearifan budaya. Seperti Sungai Landak yang tidak pernah berhenti mengalir, mereka pun tidak mudah terhanyut oleh arus modernitas yang terus berkembang.
Penduduk Landak terus berinovasi dan bergerak maju, namun tetap menjaga akar budaya mereka agar tidak terlupakan. Setiap perubahan yang datang mereka anggap sebagai peluang untuk memperkuat fondasi kebudayaan yang sudah ada, bukan sebagai ancaman yang harus dihindari.
Dengan cara ini, orang Kanayatn dapat terus melaju dalam dinamika perubahan tanpa kehilangan identitas mereka, seolah-olah sungai yang terus mengalir tanpa pernah terseret oleh arus zaman.
Di tengah segala perubahan zaman, masyarakat Kanayatn di Kabupaten Landak tetap menjadi penjaga harga diri. Bukan dengan kata-kata kosong atau kebijakan yang serba pragmatis, tetapi dengan konsistensi dalam tindakan, dalam hidup yang tidak pernah lepas dari akar-akar mereka.
Orang Kanayatn mengerti betul. Meskipun dunia ini terus berubah, mereka harus tetap menjadi orang Kanayatn, dengan segala keteguhan dan kebanggaannya.
Dan seperti kabut yang menyelimuti bukit-bukit Landak di pagi hari, identitas mereka akan terus ada: menjaga dan melindungi, meski dunia terus berputar.
-- Masri Sareb Putra