Cornelis Bersuara Lirih, Bekerja Nyata di Senayan
Dr. H.C. Cornelis, M.H. di panggung rakyat, Senayan, Jakarta. Ist. |
🌍 LANDAK POST | JAKARTA: Cornelis, wakil rakyat dari Daerah Pemilihan I Kalimantan Barat, memang bukan tipe politisi yang gemar tampil di muka kamera atau menyebar poster kinerja di media sosial. Tetapi di ruang-ruang strategis pengambil kebijakan, namanya tetap bersuara.
RDP Komisi XII DPR RI
Senin siang, 28 April 2025, di Gedung Nusantara I, Lantai I, Senayan, Cornelis hadir dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi XII DPR RI dengan jajaran tertinggi sektor energi nasional.
Baca Bupati Landak Masa ke Masa
Agenda rapat itu tak remeh. Tiga pokok pembahasan menyentuh langsung nadi pembangunan dan kesejahteraan rakyat:
-
Ketersediaan pasokan gas untuk pembangkit listrik dan industri pupuk,
-
Rencana pembangunan infrastruktur LNG (Liquefied Natural Gas) untuk penyediaan tenaga listrik,
-
Serta isu-isu strategis lain terkait kebijakan energi nasional.
Hadir dalam forum tersebut Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM, Kepala SKK Migas, Direktur Utama PT PLN (Persero), dan Direktur Utama PT Pertamina Gas Negara (PGN) Tbk. Di tengah alur pembahasan teknis dan politik energi, Cornelis tampil tak banyak bicara—tapi setiap kalimatnya bernas.
Baca Adrianus Asia Sidot: Ampus Motokng dari Saham ke Senayan
Ketimpangan distribusi energi
Cornelis menyoroti ketimpangan distribusi energi antara daerah penghasil dan daerah konsumsi.
“Jangan sampai Kalimantan cuma jadi lumbung, tapi lampunya tetap padam,” tegasnya. Pernyataan ini bukan sekadar retorika. Ia mewakili jeritan daerah-daerah yang selama ini menyumbang banyak, tapi kerap menerima sedikit.
Cornelis bukan figur baru dalam gelanggang pembangunan. Dua periode menjabat sebagai Gubernur Kalimantan Barat (2008–2018), ia dikenal sebagai pemimpin yang gigih membangun daerah yang dulu tertinggal.
Atas pengabdiannya, ia menerima gelar Doktor Honoris Causa dari STT Kadesi Yogyakarta, sebuah penghormatan atas dedikasinya membangun Kalimantan Barat dan memberi sumbangsih nyata bagi Indonesia.
“Selama hayat dikandung badan, saya akan tetap memberi apa yang bisa saya beri,” kata Cornelis suatu waktu, saat diwawancara usai menerima gelar kehormatan itu. Kini di usia senjanya, semangat itu tak surut. Di Senayan, ia menjalankan mandat konstituennya tanpa gembar-gembor.
Sebagian menyebut Cornelis sebagai "pekerja senyap", politisi yang tidak tampil mencolok namun konsisten menapaki jalan pengabdian. Ia memilih ruang rapat ketimbang panggung, memilih substansi ketimbang sensasi.
Cornelis tahu betul. Membangun Indonesia bukan tentang siapa yang paling keras berteriak, melainkan siapa yang tak pernah lelah bekerja.
-- Rmsp / landakpost.com